Kita tentunya mengatahui bahwa alam semesta kita masih eksis, pengetahuan ini sendiri tidak dapat memuaskan pertanyaan umat manusia untuk memahami lebih lanjut. Keingintahuan kita untuk menanyakan dengan pasti dimana tempat kita berada sekarang di dalam alam semesta dan bagaimana keberlanjutanya. Sepanjang masa kita bertanya pada diri sendiri tentang pertanyaan ini : Bagaimanakah alam semesta berawal ? Berapakah usia alam semsesta kita ? Bagaimana materi dapat timbul dan eksis ? Jelas, pertanyaan ini tidak mudah dijawab dan sepanjang catatan sejarah planet kita ini banyak waktu dan usaha untuk melakukan pengamatan agar menemukan beberapa petunjuk penting. Masih, setelah semua usaha ini dikembangkan, banyak dari apa yang kita ketahui masih tetap hanya berupa spekulasi saja.Bagaimanapun, terdapat berbagai macam misteri permulaan alam semesta dalam studi kosmologi. Selanjutnya pemahaman tentang ilmu modern kita dapat memberikan teori pasti untuk semua jawaban kita yang sesekali dinamakan sebagai hipotesis. Kebenaran ilmu alam, umunya jawab pasti justru hanya membangkitkan minat dan pertanyaan lebih komplek. Ini terlihat adanya sifat yang melekat dalam pencarian kita untuk mengetahui bahwa pertanyaan kita akan selalu berlanjut tiada henti.
Pada pertengahan pertama abad ke 20, kata alam semesta digunakan untuk menjelaskan seluruh ruang waktu kontinu dimana kita berada, dengan energi dan materi yang dimilikinya. Usaha untuk memahami pegertian alam semesta dalam lingkup ini pada skala terbesar yang memungkinkan, ada pada kosmologi, ilmu pengetahuan yang berkembang dari fisika dan astronomi. Pada pertengahan terakhir abad ke 20, perkembangan kosmologi berdasarkan pengamatan, juga disebut fisika kosmologi, mengarahkan pada pembagian kata alam semesta, antara kosmologi pengamatan dan kosmologi teoritis yang (bisaanya) para ahli menyatakan tidak ada harapan untuk mengamati keseluruhan dari ruang waktu kontinu, kemudian harapan ini dimunculkan, mencoba untuk menemukan spekulasi paling beralasan untuk model keseluruhan dari ruang waktu, mencoba mengatasi kesulitan dalam mengimajinasikan batasan empiris untuk spekulasi tersebut dan resiko pengabaian menuju metafisika.
Alam semesta sangatlah luas, akan tetapi, saat kita mulai berpikir tentang seberapa luas hal ini sebenarnya, kita akan menjumpai gambaran yang jauh berbeda dari apa yang bisaanya kita pahami. Garis tengah matahari adalah 103 kali lebih besar daripada garis tengah bumi. Mari kita perjelas hal ini dengan menggunakan perbandingan. Jika kita umpamakan bumi sebagai kelereng, matahari adalah bola yang dua kali lebih besar daripada sebuah bola sepak. Hal yang menarik di sini adalah jarak di antara keduanya. Agar dapat membuat tiruan yang mencerminkan ukuran sesungguhnya, kita perlu menempatkan jarak sejauh kira-kira 280 meteri ( 920 kaki) di antara bumi berukuran kelereng dengan Matahari berukuran bola tersebut. Dan bintang-bintang yang berada di luar tata surya kita perlu ditempatkan berkilo-kilometer jauhnya.
Dengan perbandingan ini, dapat membayangkan bahwa tata surya merupakan tempat yang sangat luas. Tetapi, saat kita membandingkannya dengan galaksi Bima Sakti, tempat tata surya kita berada, tata surya kita akan tampak sangat kecil. Karena, di dalam galaksi Bima Sakti, ada sekitar 250 miliar bintang yang mirip dengan matahari kita, dan kebanyakan jauh lebih padat.
Matahari kita terletak pada salah satu lengan galaksi yang berbentuk spiral ini. Tetapi, yang menarik adalah galaksi Bima Sakti sesungguhnya adalah tempat yang sangat “kecil” pula, bila kita memperhitungkan keseluruhan luar angkasa. Sebab, ada juga galaksi-galaksi lain di ruang angkasa yang diperkirakan berjumlah keseluruhan sekitar 300 miliar.